Raditya Rifky Herdiansyah

Kamis, 14 Februari 2013

Apa benar 230V yang terbaik ?



    Dalam  tiga bulan terahir setidaknya saya sudah ngobrol dengan tiga orang rekan yang berpendapat bahwa system high end miliknya  baru bersuara paling baik ketika mendapat supply tegangan listrik 230V.
Dari ketiga pembicaraan tersebut saya berasumsi bahwa sepertinya pendapat ini sudah mulai memasyarakat di kalangan orang high end.
Berdasarkan kedua pengalaman tersebut saya menjadi terdorong untuk membuat tulisan ini yang bertujuan untuk meluruskan pandangan tersebut.
Untuk bisa bekerja dengan optimal setiap peralatan audio membutuhkan tegangan kerja tertentu dan tegangan terbaik bagi sebuah system adalah yang sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya, ini bisa dilihat dari manual atau print yang ada di panel belakang alat tersebut bisa jadi 120V, 220V, 230V atau 240V, dll, dan tidak harus 230V.
Berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun ini mengamati berbagai produk produk impor,  memang ada kecenderungan pabrik menset tegangan kerja dari produk tersebut pada 230V, walaupun barang tersebut sebenarnya untuk dijual di Indonesia yang notabene tegangan PLN nya adalah 220V.

Mengapa pabrik cenderung memilih 230V untuk produknya

Secara
umum di dunia ini ada dua type tegangan listrik berdasarkan besarnya yaitu tegangan daerah 100V yang meliputi tegangan      sbb : Tegangan  100V   ( Jepang )
         Tegangan  110V    ( Taiwan )
         Tegangan  120V   ( USA, Canada)
Dan tegangan daerah 200V  yang meliputi
        Tegangan  220V (Indonesia, Korea, Hongkong, dll)
        Tegangan  230V ( Jerman, Perancis, dll)
        Tegangan  240V ( UK, Australia, dll)

Bagi
produk yang diset untuk bekerja optimum pada 230V maka ada tiga kemungkinan yang akan dihadapi alat tsb setelah sampai di konsumen yaitu

* Menemukan tegangan 220V
Jika alat menghadapi kondisi ini, secara teknis masih bisa bekerja tapi kemungkinan  tidak optimal karena power supply internal dari alat tsb kurang mendapat pasokan tegangan.

* Menemukan tegangan 230V
Dalam kondisi ini alat akan bekerja paling optimum, karena pada tegangan inilah alat memang dirancang.

* Menemukan tegangan 240V
Jika alat menghadapi kondisi ini, secara teknis masih bisa bekerja tapi juga tidak optimal, karena komponen dalam rangkaian mendapat tegangan lebih yang berakibat  lebih  kepanasan dan untuk jangka panjang mungkin bisa memperpendek umur alat.
Dari ketiga uraian di atas dapat pahami bahwa 230V bukan merupakan pilihan yang terbaik namun juga bukan pilihan yang dapat memberikan kondisi terburuk.

Mengapa beberapa pabrik  cenderung menghindari  tegangan 220V atau  240V

Jika alat di set pada 220V namun ahirnya ketemu tegangan 240V, maka kemungkinan alat menjadi mudah rusak, karena alat tersebut sudah mendapat supply tegangan dengan melampaui 10% dari batas nominalnya. Kalau alat ini ketemu tegangan kerja 230V, umumnya  masih OK, karena mengalami kenaikan tegangan kerja yang hanya sekitar 5%

Jika alat di set pada 240V namun ahirnya ketemu tegangan 220V, maka sangat mungkin alat tidak mau bekerja, karena mendapat supply tegangan yang lebih rendah 10% dari tegangan kerja optimalnya. Kalau alat ini ketemu tegangan kerja 230V umumnya juga masih OK karena hanya mengalami penurunan tegangan kerja sekitar 5%.
Atas dasar dua kondisi tersebut di atas maka tegangan kerja 230V seringkali menjadi pilihan walau pada ahirnya belum tentu menjadi pilihan terbaik ketika produk yang bersangkutan dipakai oleh konsumenya, kecuali kalau barang tersebut memang ahirnya ketemu tegangan 230V.

Sebuah Contoh Nyata
Ada sangat  banyak aplikasi teknis yang bisa dipilih untuk menjelaskan tujuan dari tulisan ini, akan tetapi saya memilih contoh aplikasi trafo filament dari amplifier tabung sebagai studi kasus, karena mungkin relatif mudah untuk dimengerti.

Gambar1_220
Gambar 1, di atas adalah skema yang dipersingkat dari sebuah power amplifier tabung menggunakan tabung 6DJ8 yang dirancang untuk bekerja pada tegangan kerja 220V. Pada tegangan 220V ini trafo daya akan menghasilkan tegangan filament tepat sebesar 6.3V, dan tegangan ini adalah tegangan ideal yang dibutuhkan oleh tabung untuk bekerja dengan optimal. Jika tegangan naik menjadi 230V apalagi menjadi 240V, tabung tersebut akan menjadi overheat, umumnya dalam kondisi overheat suara yang dikeluarkan oleh tabung tsb akan menjadi distorsi.
Dari gambar ini bisa disimpulkan bahwa jika anda hendak membeli power amplifier tabung impor untuk dioperasikan di Indonesia, belilah yang tegangan kerja memang 220V agar anda bisa mendapatkan kualitas terbaik.
Gambar2_230
Gambar2 di atas menampilkan skema yang dipersingkat dari sebuah amplifier tabung yang dirancang untuk  bekerja pada tegangan 230V.
Ketika mendapat supply 220V, tegangan filament akan turun sampai 6V, pada situasi ini emisi pada tabung akan bekurang, sebaliknya ketika mendapat supply 240V, tegangan filament akan naik sampai 6.57 volt dan emisi menjadi berlebih. Pada tegangan 220V maupun 230V jelas filament bekerja pada tegangan yang tidal optimal karena pada tegangan kerja 220V tabung akan kekurangan emisi dan sebaliknya pada tegangan 240V tabung akan kelebihan emisi.
Gambar3_240

Pada gambar3 di atas, power amplifier tabung dirancang untuk bekerja pada 240V, dan pada nilai ini, tegangan filament yang keluar pada sekunder trafo akan tepat berada di 6.3V dan tabung tentunya akan bekerja optimal. Akan tetapi ketika tegangan menjadi 230V atau pun 220V, maka tegangan filament akan menjadi lebih rendah dari 6.3V, pada kondisi ini tabung akan kekurangan emisi, dan tentunya kualitas suara yang akan dihasilkan oleh power amplifier tabung tidak akan optimal pula.

Apa yang sesungguhnya terbaik bagi kita
Yang terbaik bagi kita tentunya adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan  sesuai dengan tempat dimana kita tinggal. Bagi kita di Indonesia tentunya peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 220V adalah yang terbaik, karena listrik PLN di Indonesia adalah 220V bukannya 230V.
Jika anda tinggal di Australia, yang terbaik bagi anda adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 240V, jika anda tinggal di Amerika
yang terbaik bagi anda adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 120V, jika anda tinggal di Perancis atau Jerman yang terbaik bagi anda adalah peralatan yang di set untuk bekerja pada tegangan 230V dan seterusnya.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi anda.

Pengertian Arus, Hambatan, Tegangan & Hukum Ohm

1. Arus
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.
I = Q/T
Pada zaman dulu, Arus konvensional didefinisikan sebagai aliran muatan positif, sekalipun kita sekarang tahu bahwa arus listrik itu dihasilkan dari aliran elektron yang bermuatan negatif ke arah yang sebaliknya.
Satuan SI untuk arus listrik adalah ampere (A).

2. Hambatan
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Hambatan listrik dapat dirumuskan sebagai berikut:
R = V/I
atau
di mana V adalah tegangan dan I adalah arus.
Satuan SI untuk Hambatan adalah Ohm (R).
3. Tegangan
Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltase) adalah perbedaan potensi listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik, dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
V= I .R
Satuan SI untuk Tegangan adalah volt (V).
4. Hukum OHm
Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu dialiri electron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini yang disebut dengan arus, dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya dengan air yang mengalir pada sebuah pipa.
Tenaga (the force) yang mendorong electron agar bisa mengalir dalam sebauh rangkaian dinamakan tegangan. Tegangan adalah sebenarnya nilai dari potensial energi antara dua titik. Ketika kita berbicara mengenai jumlah tegangan pada sebuah rangkaian, maka kita akan ditujukan pada berapa besar energi potensial yang ada untuk menggerakkan electron pada titik satu dengan titik yang lainnya. Tanpa kedua titik tersebut istilah dari tegangan tersebut tidak ada artinya.
Elektron bebas cenderung bergerak melewati konduktor dengan beberapa derajat pergesekan, atau bergerak berlawanan. Gerak berlawanan ini yang biasanya disebut dengan hambatan. Besarnya arus didalam rangkaian adalah jumlah dari energi yang ada untuk mendorong electron, dan juga jumlah dari hambatan dalam sebuah rangkaian untuk menghambat lajunya arus. Sama halnya dengan tegangan hambatan ada jumlah relative antara dua titik. Dalam hal ini, banyaknya tegangan dan hambatan sering digunakan untuk menyatakan antara atau melewati titik pada suatu titik.
Untuk menemukan arti dari ketetapan dari persamaan dalam rangkaian ini, kita perlu menentukan sebuah nilai layaknya kita menentukan nilai masa, isi, panjang dan bentuk lain dari persamaan fisika. Standard yang digunakan pada persamaan tersebut adalah arus listrik, tegangan ,dan hambatan.
Symbol yang digunakan adalah standar alphabet yang digunakan pada persamaan aljabar. Standar ini digunakan pada disiplin ilmu fisika dan teknik, dan dikenali secara internasional. Setiap unit ukuran ini dinamakan berdasarkan nama penemu listrik. Amp dari orang perancis Andre M. Ampere, volt dari seorang Italia Alessandro Volta, dan ohm dari orang german Georg Simon ohm.
Simbol matematika dari setiap satuan sebagai berikut “R” untuk resistance (Hambatan), V untuk voltage (tegangan), dan I untuk intensity (arus), standard symbol yang lain dari tegangan adalah E atau Electromotive force. Simbol V dan E dapat dipertukarkan untuk beberapa hal, walaupun beberapa tulisan menggunakan E untuk menandakan sebuah tegangan yang mengalir pada sebuah sumber ( seperti baterai dan generator) dan V bersifat lebih umum.
Salah satu dasar dalam perhitungan elektro, yang sering dibahas mengenai satuan couloumb, dimana ini adalah besarnya energi yang setara dengan electron pada keadaan tidak stabil. Satu couloumb setara dengan 6.250.000.000.000.000.000. electron. Symbolnya ditandai dengan Q dengan satuan couloumb. Ini yang menyebabkan electron mengalir, satu ampere sama dengan 1 couloumb dari electron melewati satu titik pada satu detik. Pada kasus ini, besarnya energi listrik yang bergerak melewati conductor (penghantar).
Sebelum kita mendefinisikan apa itu volt, kita harus mengetahui bagaimana mengukur sebuah satuan yang kita ketahui sebagai energi potensial. Satuan energi secara umum adalah joule dimana sama dengan besarnya work (usaha) yang ditimbulkan dari gaya sebesar 1 newton yang digunakan untuk bergerak sejauh 1 meter (dalam satu arah). Dalam british unit, ini sama halnya dengan kurang dari ¾ pound dari gaya yang dikeluarkan sejauh 1 foot. Masukkan ini dalam suatu persamaan, sama halnya dengan I joule energi yang digunakan untuk mengangkat berat ¾ pound setinggi 1 kaki dari tanah, atau menjatuhkan sesuatu dengan jarak 1 kaki menggunakan parallel pulling dengan ¾ pound. Maka kesimplannya, 1 volt sama dengan 1 joule energi potensial per 1 couloumb. Maka 9 volt baterai akan melepaskan energi sebesar 9 joule dalam setiap couloum dari electron yang bergerak pada sebuah rangkian.
Satuan dan symbol dari satuan elektro ini menjadi sangat penting diketahui ketika kita mengeksplorasi hubungan antara mereka dalam sebuah rangkaian. Yang pertama dan mungkin yang sangat penting hubungan antara tegangan, arus dan hambatan ini disebut hokum ohm. Ditemukan oleh Georg Simon Ohm dan dipublikasikannya pada sebuah paper pada tahun 1827, The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian, ohm menemukan sebuah persamaan yang simple, menjelaskan bagaimana hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan yang saling berhubungan.
HUKUM OHM
E = I R
I = E / R
R = I / E
Kesimpulan :
• Tegangan dinyatakan dengan nilai volts disimbolkan dengan E atau V.
• Arus dinyatakan dengan amps, dan diberi symbol I
• Hambatan dinyatakan dengan ohms diberi symbol R
• Hukum Ohm: E = IR ; I = E/R ; R = E/I
Besarnya daya pada suatu rangkaian dapat di hitung dengan :
P = V . I atau P = I2 . R atau P = V2/ R
Dimana :
P : daya, dalam satuan watt
V : tegangan dalam satuan volt
I : arus dalam satuan ampere

Pengertian dan Rumus-rumus Daya Listrik

Pengertian dan Rumus-rumus Daya Listrik merupakan sebuah materi Fisika yang akan kita bahas pada Blog Pendidikan Indonesia ini,maka daripada itu persiapkan diri anda untuk menerima pelajaran yang akan disampaikan kali ini.Untuk mengawali materi Daya Listrik terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu Daya Listrik ? silahkan perhatikan penjelasan berikut ini :

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik). (sumber : Wikipedia)

Rumus-Rumus Dasar Elektrikal (Daya)


Daya Listrik dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut :

  1. Daya Nyata (P)
  2. Daya Semu (S)
  3. Daya Reaktif (Q)

Berikut penjelasan singkat dan rumus-rumus daya listrik :

A. Daya Nyata (P)

Daya nyata merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya.

Line to netral / 1 fasa
P = V x I x Cos Ø

Line to line/ 3 fasa
P = √3 x V x I x Cos Ø

Ket :

P = Daya Nyata (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)
Cos T = Faktor Daya


B. Daya Semu (S)

Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang melalui penghantar.

Line to netral/ 1 fasa
S = V x I

Line to line/ 3 fasa
S = √3 x V x I

Ket :

S = Daya semu (VA)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)


C. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara besarnya arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya.

Line to netral/ 1 fasa
Q = V x I x Sin Ø

Line to line/ 3 fasa
Q = √3 x V x I x Sin Ø

Ket :

Q = Daya reaktif (VAR)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Amper)
Sin T = Faktor Daya


Dari penjelasan ketiga macam daya diatas tersebut, dikenal juga dengan Segitiga Daya. Dimana Pengertian umum dari Segitiga Daya adalah suatu hubungan antara daya nyata, daya semu, dan daya reaktif, yang dapat dilihat hubungannya pada gambar bentuk segitiga dibawah ini :



dimana :

P = S x Cos Ø (Watt)
S = √(P2 + Q2) (VA)
Q = S x Sin Ø (VAR)

Sumber Materi : http://duniatehnikku.wordpress.com/2011/01/05/981/, RUMUS-RUMUS DASAR ELEKTRIKAL (DAYA)

Sekian dulu mengenai materi kita yaitu tentang Pengertian dan Rumus-rumus Daya Listrik Fisika semoga bermanfaat,ada kalanya anda membaca yang lainnya,